-->
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 18 Juli 2016

SUBHANALLAH Kisah Mengharukan...!! Inilah Kisah Wanita Yang Telat Menikah Hanya Karena Karir, Share Ya!!!



Semua wanita ingin menikah, namun kapan waktunya, siapa yang tahu? Menikah yaitu ketentuan yang serius, tidak bisa ditetapkan cuma dalam waktu semalam. Karena itu, dibutuhkan kesiapan di dalamnya.
Sebagian orang merencanakan kalau dia akan menikah di umur muda (sekitar 18 – 23 th.). Sebagian lagi, berencana menikah di umur yang matang atau waktu kehidupan ekonominya sudah mapan. Ada berbagai pertimbangan untuk mengambil kapan waktu pernikahan paling baik.

Berikut, ada kisah serta pengalaman seorang wanita yang memilih untuk menunda menikah serta lebih memilih karier dibanding menikah yang dibagikan melalui akun Facebook Cirebon Tanpa Pacaran.

Saya sudah lulus dari kuliah serta sudah memperoleh pekerjaan yang bagus. Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi saya tak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.

Kemudian aktivitas kerja dan karier memalingkan saya dari segala hal yang lain. Hingga saya sampai berumur 34 tahun.

Saat itulah saya baru mengerti bagaimana susahnya terlambat menikah. Disuatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia datang dari keluarga yang kurang mampu. Namun aku ikhlas menerima dirinya apa yang ada.

Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia memohon kepadaku foto kopi KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Saya segera menyerahkan itu kepadanya.

Sesudah berlalu dua hari ibunya menghubungiku lewat telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.
Saya selekasnya menemuinya. Mendadak ia mengeluarkan foto copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Saya menjawab : Benar.
Lalu ia berkata : Jadi umurmu telah mendekati umur 40 tahun?!
Saya menjawab : Usiaku saat ini tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi : Iya, sama juga.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu berarti kesempatanmu untuk mempunyai anak sudah semakin tipis.
Sementara saya ingin sekali menimang cucu.

Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan pada diriku dengan anaknya.

Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan. Pada akhirnya saya mengambil keputusan untuk pergi melakukan ibadah umrah bersama ayahku, agar saya bisa menyiram kesedihan serta kekecewaanku di Baitullah.

Akupun pergi ke Mekah. Saya duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah. Saya memohon kepada Allah agar di beri jalan terbaik.

Sesudah selesai shalat, saya melihat seorang wanita membaca al Qur’an dengan nada yang sangat merdu. Saya mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat :

“Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu begitu besar”. (An Nisa’ : 113)

Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Mendadak perempuan itu merangkulku ke pangkuannya. Serta ia mulai mengulang-ulang firman Allah :

“Dan sungguh, kelak Tuhanmu tentu memberikan karunia-Nya padamu, hingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha : 5)

Untuk Allah, seolah-olah saya baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang.

Sesudah seluruh ritual umrah selesai, saya kembali ke Cairo. Di pesawat saya duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disamping kanan beliau duduk seorang pemuda.

Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun. Di ruang tunggu saya berjumpa suami salah seorang temanku. Kami bertanya padanya, dalam rencana apa ia datang ke bandara?

Dia menjawab kalau ia lagi menunggu kehadiran temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang saya tumpangi. Cuma beberapa waktu, mendadak temannya itu datang. Ternyata ia
yaitu pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku
tadi.

Selanjutnya aku
berlalu dengan ayahku…..

Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara meneleponku. Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku. Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga. Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.

Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.
Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya. Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.

Akhirnya…..aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu. Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.

Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri. Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.

Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku. Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.

Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.

Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.

Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikutnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”

Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.

Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.

Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab: Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.

Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan. Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan. Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.

Aku dikagetkan dengan pernyataannya:

“Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?

Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.

Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.

Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:

“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami…” (Ath Thur: 48)

Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu.



CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESIGN