SALAH satu kebiasaan jelek yang dilakukan manusia adalah membicarakan orang lain. Istilah sekarang ngrumpi. Bahasa agamanya ghibah. Yaitu membicarakan saudara kita yang apabila dia mengetahui sedang kita bicarakan maka ia akan marah.
Para
sahabat saat dijelaskan pengertian ghibah mirip pula dengan alasan yang
diberikan sebagian orang sekarang ini mengenai ghibah. Ketika ada teman
yang membicarakan orang lain kita menegurnya karena dengan ghibah.
Iapun menjawab, “Lho, benar kok. Aku nggak bohong. Memang kenyataannya
begitu.”
Masalahnya
bukan benar atau tidak. Jikalau benar pun, andaikata yang bersangkutan
tidak suka hal itu dibicarakan maka pembicaraan itu termasuk ghibah.
Misalnya ada kawan yang telah bercerai dengan istrinya karena ada pihak
ketiga yang merusak rumah tangga mereka. Informasi ini memang benar
adanya. Orang pun membicarakannya. Kedua pasangan yang bersangkutan
tentu akan malu dan tidak enak apabila mengetahui urusan rumah tangganya
tersebut dibicarakan orang. Oleh karena itu, meskipun benar termasuk
ghibah juga.
Jadi,
argumen sebagian orang yang menyatakan bahwa kalau benar tidak ada
apa-apa itu salah. Justru kalau benar saja dosa apalagi kalau informasi
yang disampaikan berupa kebohongan. Berarti kita telah memfitnah orang
tersebut. Dosa fitnah sudah jelas lebih berlipat ganda daripada ghibah.
Sudah berdusta, menyakiti dan menzalimi orang lain pula. Belum lagi
kalau perkataan kita dikutip dan disebarluaskan. Sungguh dosa yang tiada
terkira menyebarkan keburukan seseorang tanpa kebenaran.CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESIGN