Aneh juga terkadang mendengar bantahan atau jawaban dari teman yang suka sekali dengan kata, “dari Hongkong.”
“Ciyeee … kamu menang undian sabun colek seharga 2 M ya?”
“Menang dari Hongkong!”
“Eh, yang dapat smartphone baru, ceileee.”
“Smartphone dari Hongkong!”
“Sssst’, itu kan calon mertuamu, buruan sapa sana!”
“Apaan! Mertua dari Hongkong!”
“Hey, sekarang kamu lebih alim, udah tobat ya? Ehem.”
“Taubat dari Hongkong!”
Apa-apa dari Hongkong, Hongkong aja belum tentu apa-apa. Eh, maksudnya
kenapa suka mengaitkan hal dengan negara itu. Padahal masih banyak
negara muslim lain yang lebih sering disebut dalam Al-Quran. Negara yang
diberkahi seperti Mekah Al-Mukarramah, Madinah Al-Munawarrah, negeri
Syams, dst. Bukankah kata-kata itu adalah sebuah doa, siapa tahu sejak
kita berujar, kemudian Malaikat sedang meng’aamiinkan doa. Masa’ iya
kita refleks nyebutin, “dari Hongkong” terus sih?
Coba deh ganti kebiasaan sebut kata Hongkong jadi Madinah, siapa tahu
di’aamiinin Malaikat, gak tahunya kita sudah ada di sana dalam waktu
terdekat atau tahun depan? MasyaAllah.
“Waaw, ente jenggotan ya, jadi ustad sekarang, Bro?”
“Ustad dari Madinah!”
“Hehe, aamiin.”
“Kenapa lagi?”
“Jangan galak dong, Bro. Ane gak ngejek kok, justru bangga.”
“Oh iya, thank you, Bro!”
Mungkin berkat doa temannya itu dan di-aamin-kan Malaikat, Allah telah
izinkan pemuda tersebut menuntut ilmu di Madinah sampai menjadi ustadz
di negerinya sendiri beberapa tahun kemudian (true story).
Sebenarnya tidak salah kalau suka berkata, “dari Hongkong.” Hanya saja,
lebih baik dibiasakan untuk memperbaiki kualitas pembicaraan.
Tidak berdosa jika seseorang menulis kalimat baik untuk kita, terlepas
dari apakah niat dan maksud orang tersebut adalah menghina, mengejek,
atau apa pun. Yang penting kita harus paksa diri ini agar berbaik
sangka, sekaligus membalasnya dengan, “Aamiin (semoga Allah
mengabulkan).”
Kalaupun kita tahu dengan kesadaran penuh bahwa mereka sengaja mengejek;
entah bermaksud untuk bercanda atau serius, maka jawaban terbaik adalah
dengan beristigfar, bukan dibalas dengan ejekan serupa bahkan lebih
buruk lagi, jangan rugi dua kali, dapat hal buruk dan menciptakan satu
dosa baru.
“Aamiin (semoga Allah mengabulkan),” jika dapat ucapan baik.
“Astagfirullah (ampuni aku, ya Allah),” jika dapat kalimat yang membuat hatimu tersinggung, semoga diampuni Allah sebab ada yang mengusikmu, tentu saja itu dikarenakan kesalahanmu sendiri; kemudian belajarlah menerima dan memaafkan.
Apakah kita bisa berbuat baik? Bukan, bukan ‘dari Hongkong aja ya.
Dari hal-hal terkecil dan sederhana pun bisa menjadi kebaikan, gak harus ke Hongkong dululah, Saudara seimanku!