Ini
bukan sebuah pengakuan dosa atau penyesalan. Aku menulis ini sebagai
upaya mengais ketulusanmu agar kelak tak perlu ada kekecewaan. Sadar
dengan segala kekurangan, aku terlalu khawatir jika kamu menyimpan masa
laluku sebagai beban di pikiran. Padahal harapanku tak jauh berbeda
dengan kutipan di atas, aku ingin masa depanlah yang bertahta di sana
dan perihal masa lalu cukup kau biarkan tuntas.
Karena setiap orang pasti pernah khilaf. Maukah kamu dengan tulus memberi maaf?
Di
masa lalu, kebebasan mutlak yang aku pilih untuk diriku sendiri,
membuatku kadang tak mengingat norma lagi. Bisa saja aku dulu seorang
gadis urakan yang melakukan banyak hal di luar batas kewajaran.
Bagaimana kalau aku dulu pernah mencuri hanya untuk sekedar menyenangkan
diri? atau bagaimana kalau aku perempuan yang tak virgin lagi?
Bagaimana
pun masa laluku, percaya lah segala keburukan itu sudah jauh aku
tinggal di belakang. Aku yang sekarang bukan lagi aku yang dulu. Karena
itu, aku memberanikan diri untuk memintamu bukan sekedar menerima tapi
juga memaafkannya. Mungkin sulit, tapi bisakah kamu mengusahakannya.
Mungkin kamu sempat kecewa. Tapi kumohon jangan biarkan dirimu terus larut dan membiarkan masa laluku mewabah di kepala.
Kamu
selalu punya impian, jika pasanganmu kelak seorang perempuan cerdas
yang memiliki reputasi baik dalam segala hal. Namun sayangnya, kamu
justru mendapatkan seseorang yang punya cacat dihidupnya. Kecewa? aku
rasa itu sudah pasti. Tapi sekali lagi, aku memohon jangan biarkan
dirimu terus larut dalam kekecewaan. Jangan biarkan masa laluku mewabah
dikepalamu, sampai akhirnya kamu tak sanggup memikirkan masa depanku.
Sebelum
kamu benar-benar menyerah, dan masa depan yang sudah di ujung mata
kalah. Aku akan selalu berusaha membuatmu berlapang dada, meski harus
kembali kuceritakan semua kepahitan yang ada.
Sebagai pertimbanganmu. Izinkan aku bercerita perjuanganku untuk memperbaiki diri sebelum akhinya kita
bertemu.
Bukan
cuma kamu yang selalu memiliki impian pasangan yang hampir terlihat
sempurna. Asal kamu tahu mimpiku pun demikian. Seperti yang dijanjikan
oleh Tuhan,
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya)
Mengingat-ingat
janji itu, maka aku putuskan untuk berjuang mati-matian memperbaiki dan
memantaskan diri. Jatuh bangun aku rasakan. Berkali-kali harus terjebak
pada nilai-nilai sosial yang seenaknya menghakimi pikiran. Sering juga
aku tenggelam pada penyelasan. Bahkan aku sempat kehilangan rasa percaya
diri hingga merasa tak layak untuk siapa pun. Tapi untuk kesekian
kalinya aku tegaskan lagi, akhirnya aku berhasil menjadi lebih baik dan
setidaknya bisa kamu banggakan.
Anggap saja aku pernah mati di masa lalu, kemudian di masa depan berengkarnasi menjadi pribadi yang baru.
Kalau
kamu belum bisa menerima masa laluku dengan kelegaan. Kamu perlu tahu,
waktu yang aku butuhkan untuk berdamai dengannya tak cukup sebulan atau
dua bulan.
Sulit
memang, menerima kenyataan yang tak sejalan dengan harapan. Bahkan kamu
bisa bilang, butuh waktu yang panjang untuk mengusahakan dirimu
berdamai dengan masa laluku. Tenang aku cukup sadar diri, karena dulu
pun tak hanya sebulan dua bulan aku melakukannya. Kelegaan butuh proses
yang panjang. Dulu setiap hari aku selalu menelan kepahitan, jika
mengingat-ingat kembali semua kesalahan. Setiap hari aku juga selalu
meyakinkan diri, kelak akan ada pria baik hati yang bersedia menerimaku
dengan segala cerita yang tersembunyi di masa lalunya. Dan setiap hari
aku selalu berdoa jika pria itu adalah kamu, meski kita belum pernah
berjumpa.
Ya, semoga memang pria itu adalah kamu.
Dan asal kamu tahu, impianku hanya satu. Seburuk-buruknya masa laluku, mau kah kamu menjadi seindah-indahnya masa depanku?
Terlepas
dari semua tentang masa lalu yang tak menyenangkan untuk terus
diungkit. Ada masa depan di dalam kepala kamu dan aku yang selalu
berusaha bangkit. Masa depan yang selalu memiliki harapan bisa dilukis
seindah-indahnya.
Bayangkan
saja kelak kita sukses bersama, memiliki keluarga kecil yang
berbahagia, dan akhirnya menua dengan masa depan yang sudah terencana.
Apaakah itu tidak cukup menutupi banyangan masa laluku yang tak
menyenangkan? Apakah masih perlu masa lalu menjadi beban di pikiran,
kalau masa depan lebih menggiurkan?
Karena
itu, aku tak akan berhenti mengajukan permohonan ini, bisakah kamu
menerima dan memaafkan semua kesalahan di masa laluku dengan kelegaan
hati?
Home
»
INSPIRASI
»
RELIGI
»
Kamu yang Nantinya Jadi Masa Depanku,,,Maukah Menerima dan Memaafkan Masa Laluku, Seburuk Apapun Itu...???
Minggu, 16 Oktober 2016
Kamu yang Nantinya Jadi Masa Depanku,,,Maukah Menerima dan Memaafkan Masa Laluku, Seburuk Apapun Itu...???
CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESIGN
Related : Kamu yang Nantinya Jadi Masa Depanku,,,Maukah Menerima dan Memaafkan Masa Laluku, Seburuk Apapun Itu...???
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »